Tren Wisata Digital Indonesia 2025: Era Baru Pariwisata
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia pariwisata semakin tersentuh oleh teknologi — dan tahun 2025 makin mempertegas bahwa Tren Wisata Digital Indonesia 2025 bukan sekadar pelengkap, tetapi bagian integral dari strategi pariwisata nasional. Tur virtual, pengalaman augmented reality (AR), destinasi metaverse, dan layanan hybrid (offline + digital) mulai menjadi alat promosi dan aksesibilitas destinasi.
Destinasi wisata lokal mulai menyediakan konten digital, video 360°, pemanduan virtual, dan pengalaman interaktif agar wisatawan dapat “mencicipi” tempat jauh sebelum bepergian secara fisik. candi.id
Kementerian Pariwisata juga mendorong aspek pariwisata hijau dan keterampilan digital melalui kajian “Tourism Snapshot” terbaru yang memasukkan green skills, kualitas ramah lingkungan sebagai unsur kompetitif destinasi. Urbanvibes.ID
Dalam artikel ini akan dibahas:
-
Bentuk-bentuk utama tren wisata digital dan virtual di Indonesia 2025
-
Dorongan & contoh lokal
-
Tantangan & kritik terhadap pariwisata digital
-
Strategi agar wisata digital tetap bermakna & inklusif
-
Proyeksi masa depan pariwisata digital Indonesia
Bentuk-Bentuk Tren Wisata Digital & Virtual 2025
Tur Virtual Interaktif & Video 360°
Salah satu elemen paling nyata dari Tren Wisata Digital Indonesia 2025 adalah tur virtual interaktif menggunakan video 360°, yang memberi pengalaman visual seolah berada di lokasi destinasi. Pengunjung dapat mengendalikan sudut pandang, menjelajahi sudut-sudut menarik, dan mengakses info tambahan (narasi audio, teks) dari layar mereka. candi.id
Destinasi lokal (cagar budaya, taman nasional, situs sejarah) mulai menyediakan versi virtual sebagai teaser atau “pratinjau” untuk wisatawan sebelum mereka melakukan perjalanan fisik.
Pengalaman AR & Realitas Tertambah (Augmented Reality)
AR memungkinkan wisatawan melihat lapisan informasi digital di dunia nyata — misalnya tampilan masa lalu bangunan bersejarah, animasi flora dan fauna, petunjuk interaktif rute berjalan, dan peta interaktif yang muncul di layar ponsel.
Contoh: saat berjalan di situs purbakala, aplikasi bisa menampilkan rekonstruksi digital bangunan masa lalu di layar ponsel peserta tur langsung.
Metaverse & Dunia Virtual Wisata
Ide metaverse — ruangan virtual 3D di mana pengguna bisa “berkunjung” ke versi digital suatu destinasi — makin disorot sebagai bagian dari Tren Wisata Digital Indonesia 2025. Platform digital bisa menawarkan versi digital museum, ekosistem kota virtual, atau pengalaman simulasi perjalanan ke pulau tropis yang disimulasikan secara imersif. candi.id
Meskipun belum banyak destinasi di Indonesia yang sepenuhnya beroperasi di metaverse, beberapa pelaku pariwisata mulai menyiapkan ruang virtual sebagai elemen promosi dan engagement publik.
Wisata Hybrid: Offline + Digital
Tren penting lainnya adalah model hybrid: pengunjung bisa memilih kombinasi antara kehadiran fisik dan pengalaman digital pendukung. Misalnya:
-
Paket tur fisik + preview virtual
-
Aktivitas fisik diperluas dengan AR atau audio guide digital
-
Dokumentasi digital & galeri online dari perjalanan
-
Pengalaman digital setelah kunjungan (misalnya VR recap, konten streaming pribadi)
Model ini memungkinkan destinasi menjangkau dua segmen: mereka yang bisa bepergian dan mereka yang tersandung hambatan (jarak, kesehatan, biaya).
Dorongan & Contoh Lokal
Perubahan Perilaku & Preferensi Wisatawan
Pandemi dan keterbatasan perjalanan telah mempercepat kesadaran wisatawan terhadap pengalaman digital. Banyak orang ingin “mencoba dulu secara digital” sebelum memutuskan destinasi fisik.
Wisatawan generasi muda (Gen Z, milenial) lebih terbiasa dengan teknologi dan mencari pengalaman interaktif serta konten menarik. AR, tur virtual, dan lingkungan digital menjadi alat penting agar destinasi tetap relevan.
Teknologi & Akses Digital
Kemajuan infrastruktur digital dan penggunaan smartphone yang luas mendukung adopsi pariwisata digital. Platform peta, aplikasi, AR/VR, dan konten multimedia kini lebih mudah dikembangkan dan diakses.
Destinasi yang memiliki kekuatan digital (konten virtual awal, galeri 360°, aplikasi tur) punya keunggulan promosi di ranah global, menarik wisatawan asing bahkan sebelum mereka merencanakan perjalanan.
Dukungan Kebijakan & Kajian Resmi
Menurut berita, Kementerian Pariwisata meluncurkan kajian “Tourism Snapshot Vol. 1 No. 2” yang menitikberatkan pada Green Jobs, Green Skills, dan kualitas destinasi guna memperkuat pariwisata hijau dan menjawab ekspektasi wisatawan modern. Urbanvibes.ID
Kajian ini menunjukkan bahwa pemerintah mulai memposisikan dimensi digital dan keberlanjutan sebagai bagian dari strategi pariwisata nasional.
Tantangan & Kritik terhadap Wisata Digital
Keterbatasan Akses Teknologi
Tidak semua daerah destinasi memiliki koneksi internet memadai, infrastruktur untuk konten digital, atau sumber daya manusia yang memadai. Wisata virtual bisa mengecualikan desa wisata terpencil jika tidak didukung infrastruktur digital.
Sensasi Fisik yang Tak Bisa Digantikan
Beberapa elemen perjalanan — aroma, cuaca, atmosfer sosial, indera sensorik — sulit digantikan lewat digital. Wisata virtual bisa menjadi “preview,” tetapi pengalaman fisik tetap memiliki nilai yang unik.
Risiko Komersialisasi & Ketidakautentikan
Saat pariwisata digital menjadi alat promosi dominan, destinasi bisa terdorong menciptakan konten yang “visual menarik” tetapi kehilangan keaslian budaya atau ekologinya. Ada risiko citra destinasi menjadi tampilan estetis yang dangkal.
Biaya Produksi & Pemeliharaan Digital
Membuat konten AR, peta virtual, aplikasi interaktif, dan ruang metaverse memerlukan biaya teknis: desain, fotografi 360°, pemrograman, pemeliharaan server. Beberapa destinasi kecil mungkin kesulitan membiayainya.
Strategi agar Wisata Digital 2025 Menjadi Bermakna & Inklusif
Kolaborasi Antar Stakeholder
Destinasi pariwisata harus bekerja sama dengan pengembang teknologi, universitas lokal, komunitas kreatif agar konten digital bisa dibuat murah dan tepat konteks.
Platform nasional (pariwisata, pemerintah daerah) bisa menyediakan template, dukungan teknis, dan subsidi agar destinasi kecil bisa ikut dalam tren digital.
Skala Bertahap & Fokus Nilai Lokal
Destinasi tidak harus langsung ke metaverse besar — bisa mulai dari tour 360°, AR sederhana, atau aplikasi audio guide lokal. Fokuslah pada cerita lokal, identitas, dan keunikan agar konten digital punya kedalaman budaya.
Model Monetisasi & Konten Premium
Bagian digital bisa dibuat bebas untuk pratinjau, sementara konten eksklusif (tour mendalam, VR lanjutan) bisa dijual atau diakses berbayar agar destinasi punya sumber pendapatan baru.
Integrasi Digital & Fisik
Digital harus melengkapi bukan menggantikan pengalaman fisik. Misalnya, wisata virtual membawa pengunjung fisik, bukan menggantinya; AR sebagai alat edukasi selama kunjungan, bukan pengganti kunjungan.
Pemeliharaan & Pembaruan Berkala
Konten digital harus diperbarui secara berkala agar tetap relevan — konten AR, foto 360°, aplikasi harus disesuaikan dengan perubahan lapangan, renovasi destinasi, atau konten baru.
Proyeksi Masa Depan Wisata Digital Indonesia
-
Destinasi metaverse lokal — kota wisata punya versi digital imersif yang bisa dieksplorasi global.
-
Interaksi hibrid realitas campuran — pengunjung fisik memakai AR/VR saat eksplorasi lokasi nyata.
-
Personalisasi pariwisata berbasis AI — sistem AI merekomendasikan rute digital & fisik berdasarkan preferensi pengguna.
-
Marketplace pengalaman virtual — pasar digital untuk membeli tur virtual, paket hybrid, souvenir digital.
-
Wisata inklusif & aksesibilitas digital — destinasi menyiapkan mode digital untuk penyandang difabel, mereka yang sulit bepergian, atau kondisi geografis sulit.
Penutup
Tren Wisata Digital Indonesia 2025 memperlihatkan bahwa masa depan pariwisata bukan hanya soal destinasi fisik, tetapi pengalaman digital, narasi yang bisa diakses dari mana saja, dan integrasi teknologi ke dalam promosi serta layanan wisata.
Tantangan besar tetap ada: akses teknologi, biaya, menjaga keaslian budaya di konten digital, dan menjaga bahwa digital melengkapi bukan menggantikan pengalaman nyata. Tetapi dengan kolaborasi, dukungan kebijakan, dan pendekatan lokal kreatif, wisata digital bisa menjadi jembatan bagi lebih banyak orang menikmati keindahan Indonesia — tanpa batasan geografi.